Teror Hantu Di Toko Tempatku Kerja
Hantu |
Hidup bagaikan roda berputar, terkadang di bawah dan sebaliknya di atas. Hidup hanyalah sekedar mampir makan dan minum. Dan dari sinilah latar belakang kisah nyataku dimulai. Mari kita simak kisah selengkapnya dibawah ini.
Walau kisah ini sudah hampir 23 Tahun lamanya. Tapi di benakku masih tergambar begitu jelas walau sudah sekian lama. Tentu, ini adalah pengalaman hidupku yang tidak pernah terlupakan walau sudah hampir 1/4 Abad lamanya. Awalnya hidup keluarga kami cukup bahagia meski tanpa di dampingi kekayaan yang berlimpah.
Tapi pada tahun 1988 ayahku meninggal dunia. Tentulah kepiluan ini cukup terpukul oleh keluargaku. Setelah dua tahun berlalu, ekonomi keluargaku semakin terpuruk dalam ambang serba kekurangan. Maklum, karena mata pencarian dilakoni oleh Ayahku yang satu-satunya menjadi tulang punggung hidup kami.
Melihat kondisi seperti ini aku bertekad, Aku bersumpah di depan batu nisan ayahku bahwa apa yang ayah lakoni selama ini, aku juga mampu menjalani. Saat itu aku baru duduk dibangku SMP, bayangkan dengan seumuranku ini (16) yang hidup penuh dengan cita-cita dan cita-citaku pula telah sirna ditelan oleh kemiskinan.
Harapan serta impian yang selama ini ingin kugapai kini sudah tiada. Tidak terasa air mataku telah membasahi pipiku di depan batu nisan ayahku. Namun itu tidak mungkin membuatku putus asa, karena aku tahu bukan saatnya untuk merenungkan impian. Sedangkan ekonomi keluarga sudah begitu sukar. Aku tidaklah pintar merangkai kata-kata yang indah sehingga membuat pembaca terharu, tapi ini adalah kisah nyata hidupku.
Pada tahun 1990 April 16 Jum’at yang masih begitu jernih di ingatanku, aku berangkat ke kota cari kerja dengan membawa koper yang berisikan beberapa baju kusam dengan berbekal uang Rp.8.000, tentulah sangat sukar mendapatkan kerja dengan status yang berpenampilan sebagai anak desa. Tapi ternyata tuhan tidak mensia-siakan niat hambahnya kalau ingin berkerja keras, setelah beberapa hari cari kerja kesana sini.
Aku mendapatkan sebuah perkerjaan di pertokoan beras dari warga keturunan Tionghoa begitu pula dengan aku warga Tionghoa, kita panggil saja Ahok sebagai nama samaran. Ahok orangnya cukup ramah, karena begitu tahu aku sebagai anak perantau.
Dia pun bersedia memberikan sebuah kamar untuk aku berteduh, dan kebetulan kamar itu berada di toko. Mungkin maksudnya bisa sambil menjaga toko, sedangkan rumah tinggalnya ada disebelah toko.
Setelah hampir dua tahun lamanya aku berkerja disana memang ada kejadian-kejadian aneh, seperti suara orang batuk dan suara orang bernyanyi. Tapi aku tidak gentar dengan kejadian itu, karena gaji aku cukup lumayan dari penilaianku sebagai status anak desa. Apalagi anak Ahok yang seumuran dengan ku begitu cantik dan menjadi satu-satunya anak tunggal dia, tentulah bisa membuat aku betah untuk berkerja.
Walaupun tidak mungkin dijadikan pacaran tapi setidaknya bisa menghibur, kita panggil saja Erni sebagai nama samaran. Erni memang cukup terpesona, senyumnya sangat menawan bagaikan bidadari. Erni juga sangat ramah serta sangat akrab dengan kami sebagai perkerja ayahnya. Dimatanya kami semua dianggap keluarganya sendiri, Alasan itulah yang membuat aku bertahan.
Pada suatu malam kira-kira jam 23:00-wib, aku dikejutkan oleh suara ketawa cekekekan yang begitu menyayat hatiku. Sungguh mengerikan kalau membayangkan suara itu, dengan perasaan was-was aku memberanikan diri untuk melihat sosok yang mengeluarkan suara itu. Setelah aku telusuri asal suara yang menurut pendengaranku ada di belakang.
Ternyata ada seseorang berpenampilan cukup aneh yang membelakangiku dan sesekali mengeluarkan suara cekekekan. Tapi aku tahu kalau sosok itu pasti bukan manusia, karena yang tinggal di toko itu hanya aku seorang. Dengan langkah seribu aku lari kekamar untuk menghindari sosok itu, tapi ternyata sosok itu sudah ada di dalam kamarku. Penampilan sosok itu begitu mengerikan, sampai-sampai aku pingsan seketika itu.
Setelah pagi Ahok datang membuka tokonya, Ahok menjumpai aku tergeletak di lantai, tentu membuatnya sangat ketakutan. Dengan cepat Ahok terus memanggil aku dan seketika itu aku pun sadar, setelah aku jelaskan apa yang terjadi semalam, sontak saja Ahok ikut kaget. Saat itu Ahok pun mulai bercerita kalau empat tahun yang lalu karyawannya sempat melihat pemandangan yang sama seperti aku lihat semalam.
Dan juga sering mendengar ada yang bernyanyi atau orang yang lagi batuk waktu tengah malam. Aku juga jelaskan kalau soal orang batuk atau orang nyanyi sudah sering aku dengar. Tentunya membuat Ahok sangat terkejut atas penuturan aku. Pagi itu niat buka toko pun di urungkan Ahok, dan Ahok langsung suruh aku kerumahnya.
Dia menyuruh aku pulang dulu saja besok kekampungnya. Memang saat itu Imlex tinggal tiga hari lagi, niat baik Ahok tentunya membuat aku cukup senang, setelah berpamitan keesok harinya dengan Ahok dan istrinya serta Erni aku pun pulang.
Setelah merayakan Imlex bersama keluargaku dikampung dalam waktu dua minggu. Aku pun berangkat lagi ketempat Ahok untuk melanjutkan kerjaku. Tapi, ternyata sebuah musibah telah melanda keluarganya, aku mendapati bahwa sekeluarganya telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan di daerah medan. Mobilnya bertabrakan dengan bus yang menuju Jakarta. mendapatkan kabar seperti itu tentunya air mataku telah membanjiri di pipiku.
Ahok dan istrinya serta Erni yang begitu cantik kini sudah tiada. Yang tinggal hanyalah kenang-kenangan, ternyata pamitan aku waktu itu menjadikan akhir dari perjumpaanku. Sampai saat ini aku masih mengenang kebaikan Ahok, istri dan putrinya, sampai-sampai aku meneteskan air mata saat aku menuliskan kisah ini.
Semoga dengan ringkasan ceritaku ini, kita bisa ambil hikmah dari apa yang aku alami. Dan sampai disini Keneldi tutup kisahnya, semoga pembaca bisa puas dengan kisah nyataku ini. Terima Kasih
Komentar
Posting Komentar